“Kisah Seorang Pengumpul Barang Bekas di Kota
Makassar”
Seorang lelaki tua
sedang duduk termenung di gubuknya, pada sore hari sekitar jam 17:15 WITA.
Bapak itu bernama Hasan berumur 51 tahun, sosok bapak yang rama ketika saya
datang menghampirinya dan ingin di wawancarai.
2008 Pak Hasan membuka
tempat pengumpulan barang bekas seperti botol plastik minuman, plastic ember, botol kaleng, besi, dan kertas. Lokasinya
berada di daerah Antang Raya. Bila berada disekitar Antang tidak jauh dari
Masjid Pannara, dikarenakan Antang Raya sekarang satu jalur, maka untuk ke
lokasi tersebut harus memutar arah, jadi ketika anda sedang berada di
perempatan yang sebelum jembatan Pannara, bila melihat pos polisi maka anda
belok kanan sepanjang jalan itu anda akan melihat sebelah kiri pengumpulan
barang bekas yang akan nampak barang tersebut dibungkus karung putih, kelihatan
tenda biru,sedangkan disampingnya terdapat beberapa pohon, samping kanannya
terdapat rumah, sedangkan didepannya
tanah kosong yang dibatasi oleh jalan aspal lokasi menuju Jalan Abdullah Daeng
Sirua.
Lelaki tua asal
Bulukumba ini merantau ke Kota Makassar pada tahun 1986 yang awalnya bekerja
sebagai tukang kayu, lalu ditahun 1989 sebagai gelandangan atau “payabo”. Dulunya tinggal sekitar daerah
Perumahan Panakukkang Asindo yang
sekarang berdiri beberapa rumah mewah. Pak Hasan memiliki sembilan anak dan
satu istri.
Gubuk yang terbuat dari
kayu sedangkan atap dan dindingnya terbuat dari seng. Pak Hasan yang baru saja
selesai membereskan beberapa barang-barang bekasnya sangat semangat
menceritakan kepada saya tentang beberapa gelandangan atau “payabo”, yang datang membawa hasil
kumpulannya.
Para gelandangan atau “payabo” yang berada sekitar BTP,
Adiyaksa, Hertasning, Gowa daerah Limbung dan Jeneponto, menjualkan hasil
pencarian barang bekasnya ke Pak Hasan. Setalah Pak Hasan memilih barang mana
yang akan diambil lalu ditimbang langsung Pak Hasan menyerahkan uangnya ke
pada gelandangan atau “payabo”.
Sekitar jam 08:00 WITA
para anaknya yang bekerja ikut pula istinya memilih barang-barang untuk di bawa
ke pabrik di PT. KIMA Makassar. Seperti barang botol plastik itu di bawa ke PT.KIMA gudang empat pabrik press botol. Plastik ember di PT. KIMA Gudang 88. Kertas bekas
akan di bawa ke Jalan Gatot Subroto dari situ akan di bawa ke Surabaya untuk
didaur ulang. Sedangkan Kaleng bekas
dibawa ke daerah Karuwisi.
Seorang seperti pak
Hasan yang bekerja sebagai pengumpul barang bekas yang berada di Kota Makassar,
begitu akan banyak dicari oleh pabrik-pabrik yang menggantungkan penyediannya
sebagian bahan bakunya di pak Hasan. Biasanya pak Hasan dalam sehari bisa
mendapatkan sekitar Rp. 200.000 hingga Rp.400.000, sehingga sebulannya bisa
mendapatkan beberapa juta dan memiliki mobil. Walaupun pak Hasan memiliki mobil
, rumahnya yang tinggalkan tetap berada
sekitar tempat barang-barang bekas dan tanah ini Pak Hasan mengkontrakkannya.
Pada hari Kamis,
tanggal 2 Maret 2017. Saya datang lagi kelokasi tersebut. Sesampai saya kesana
terdapat dua ibu tua sedang
berbincang-bincang. Ibu yang memakai sarung, kulitnya berwarna coklat,
rambutnya terikat, ditangannya memakai dua cicin, dan memakai gelang merupakan istri Pak Hasan.
Sedang ibu satunya sedang duduk memakai topi, gendut dan rambutnya sudah
berwarna putih sedang menunggu istri Pak Hasan yang membersihkan gubuknya.
Ibu dua ini biasanya
yang memilih-milih barang bekas yang akan dibawah ke pabrik-pabrik. Ketika itu
saya tidak lama dilokasi tersebut dikarenakan istri Pak Hasan masih
membersihkan gubuknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar